Saya yakin, sebagian besar orang pernah punya binatang peliharaan, tak terkecuali saya. Sepertinya sejak saya bisa berjalan, saya sudah punya binatang peliharaan :D Memelihara binatang-binatang yang mainstream untuk dipelihara itu jelas iya saya alami. Sebut saja ayam, burung, kucing, ikan.... Itu semua pernah saya pelihara. 'Memelihara' di sini maksudnya betul-betul bertanggung jawab atas kehidupan si binatang lho ya, bukan cuma bagian main-mainnya. Jadi dari saya masih unyu-unyu, udah biasa dengan yang namanya ngasi makan ayam/kucing/burung, juga bersihin kandang mereka.
Itu tadi yang mainstream... Sekarang saya mau ngeshare binatang-binatang lain yang pernah saya pelihara.
- Jangkrik
Sepertinya jangkrik memang bukan binatang yang jarang dipelihara. Tapi biasanya yang memelihara adalah anak laki-laki... Jarang ada anak perempuan yang memelihara jangkrik. Well, saya mengenal jangkrik dari kakak ke 2 saya. Di antara 4 bersaudara, memang dia yang paling tertarik dengan dunia perbinatangan. Jangkrik-jangkrik yang saya punya, sebagian saya beli darinya, dan sebagian menangkap di halaman rumah. Kandang jangkrik yang terbuat dari bambu itu juga saya beli dari kakak saya yang satu ini. Dan koleksi jangkrik (beserta kandangnya) ini saya taruh di dalam kotak sepatu, dan saya letakkan di bawah tempat tidur. Kenapa di bawah tempat tidur? Supaya jangkriknya rajin berbunyi, karena konon katanya jangkrik suka tempat gelap :D
2. Jangkrik Upo
Selain jangkrik yang biasa, dulu saya juga pernah memelihara jangkrik upo. Entah versi dalam Bahasa Indonesianya apa, yang jelas ukuran jangkrik ini memang kecil, hampir seperti upo (nasi). Untuk jangkrik upo ini, kakak saya menjualnya ke saya dengan harga yang lebih murah daripada jangkrik yang bukan upo. Tapi karena ukurannya yang kecil, agak susah untuk membuat jangkrik ini bisa bertahan di kandang bambu tadi... Jadi akhirnya jangkrik-jangkrik ini saya lepas lagi :3
3. Orong-orong
Well, saya mengenal orong-orong masih dari orang yang sama, kakak ke dua saya. Saat itu dia mempromosikannya sebagai 'jangkrik jenis baru'. Dan dengan lugunya, saya yang baru kelas 1 SD percaya itu -_- Jadilah saya beli 'jangkrik jenis baru' ini dari kakak saya tadi, dan saya taruh di kandang jangkrik. Setelah beberapa hari dipelihara, 'jangkrik jenis baru' ini masih tidak bersuara juga. Akhirnya saya tanyakan ke ibu, dan dari situ saya jadi sadar kalau saya jadi korban penipuan -_-. Aaaaaaakkkk..... kakak saya yang 1 itu memang paling hobby ngerjain saya, dibanding dengan kakak-kakak yang lain >.< Akhirnya 'jangkrik jenis baru' yang sudah saya beli dengan menguras uang saku ini saya lepas lagi ke kebun.
4. Semut Rangrang
Semut rangrang atau ibu saya menyebutnya 'angkrang' ini bukanlah binatang yang asing bagi warga Indonesia, karena biasa dijumpai di pohon-pohon. Dulu saya sering terkesima setiap kali mengamati angkrang ini..... Pernah saya mencoba memeliharanya. Jadi saya tangkap 2 angkrang -waktu itu saya mikirnya supaya bisa dikembangbiakkan, saya harus memelihara sepasang(padahal juga ga tau gimana bedakan jenis kelaminnya)-, dan saya masukkan ke kotak bekas korek api. Saya letakkan daun sebagai makanan. Sehari kemudian, 2 angkrang itu terlihat lemas... Beberapa hari kemudian, keduanya tewas T_T Setelah itu, saya berhenti memelihara angkrang di dalam kotak korek api. Tapi saya tetap tertarik dengan koloni angkrang ini. Waktu itu saya merasa ga adil, kenapa ada pohon yang terlalu banyak angkrangnya, dan ada pohon lain yang tidak berpenghuni. Jadilah saya membuat project 'migrasi angkrang'. Saya tangkap beberapa angkrang dari pohon yang banyak angkrangnya, dan saya pindahkan mereka ke pohon-pohon lain yang masih belum berpenghuni. Setiap hari 'daerah transmigrasi' ini saya amati. Ada pohon yang sukses jadi daerah transmigrasi, tapi ada juga pohon yang gagal, bisa dilihat dari lenyapnya angkrang-angkrang yang saya letakkan di sana.
5. Cacing Tanah
Dulu di perpustakaan SD saya membaca buku tentang budidaya cacing tanah... Karena tertarik, saya mencoba membudidayakan cacing tanah, meniru petunjuk di buku yang saya baca. Yah, namanya bocah, saya mempraktikannya ya sebatas hasil pemahaman saya (yang ternyata agak sesat^^'). Jadi saya mencari ember bekas yang sudah tidak terpakai, lalu saya isi dengan tanah. Saya campur dengan pupuk kandang dan kompos, dan dicampur air supaya lembab. Lalu saya berburu cacing tanah di kebun, dan berhasil mendapatkan beberapa. Nah, entah bagaimana ceritanya, waktu itu saya memahaminya cacing tanah berkembang biak dengan membelah diri. Jadilah itu semua cacing tanah hasil tangkapan masing-masing saya potong jadi 2, lalu saya masukkan ke dalam media yang sudah saya buat. Tiap hari media itu saya cek dan saya tambahkan air kalau terlihat agak kering... Seminggu kemudian, saya berpikir seharusnya cacing-cacing saya tadi sudah gemuk-gemuk. Maka saya keluarkanlah seluruh isi ember itu, untuk memanen cacing-cacing saya. Tapi ternyata bukannya menemukan cacing yang gemuk-gemuk, saya cuma menemukan tanah. Tidak ada cacing sama sekali. Cacing-cacing saya tewaaaaasssss T_T
6. Bekicot mini
Saya sudah berusaha googling, tapi tidak bisa menemukan gambar bekicot yang saya maksud. Jadi gambar ini saja yang saya upload. Pada suatu hari, saya menjelajah di taman milik teman sekolah saya. Di situ saya melihat beberapa bekicot cantik. Ukurannya kecil-kecil, lebih kecil dari jangkrik upo, dan warnanya krem kekuningan. Tidak jelek seperti bekicot di rumah saya yang besar-besar dan berwarna coklat tua dan sering dibunuh oleh ibu saya. Karena suka, maka saya tangkap beberapa bekicot cantik ini untuk saya bawa pulang, dan saya lepas di taman rumah saya, supaya bekicot di taman rumah saya tidak cuma yang coklat buruk rupa itu. Beberapa hari kemudian, aksi saya ini diketahui oleh ibu saya, dan saya dimarahi karena menyebar hama di tanaman ibu saya. Kata ibu, bekicot kecil-kecil seperti itu justru sulit dibasmi. Tapi akhirnya punah juga T_T Padahal kan cantiiiiiikkkkkk....
Ingeeeetttt banget dulu saya pernah melihara beberapa kodok. Jadi saya berburu beberapa kodok yang potensial untuk 'digemukkan', Waktu itu saya pernah denger, kalau ayam potong ditaruh di kandang yang sempit supaya ga banyak gerak jadi cepet gemuk. Nah, prinsip itu saya terapkan pada si kodok. Mereka saya pelihara di dalam lubang batako. Satu lubang untuk satu kodok, trus lubangnya saya tutup pakai batu supaya si kodok ga bisa kabur. Lagi-lagi, pas ketahuan ibu, saya disuruh melepas kodok-kodok ini. Kata ibu, kasian kodoknya tersiksa saya kurung kayak gitu :3 #okebaiklah
Khusus binatang yang satu ini, saya pelihara bukan di rumah, tapi di sekolah. Soalnya waktu itu kami belum punya kolam sendiri. Jadi karena kesibukan orang-orang yang mengantar jemput saya ke sekolah, datang paling awal sebelum yang lain datang dan pulang paling akhir setelah sekolah sepi itu sudah jadi hal biasa. Well, untungnya halaman sekolah saya luas.... Jadi saya bisa mengisi waktu dengan berpetualang menjelajah kebun sekolah. Salah satu hobby saya saat itu adalah duduk di pinggir kolam sambil memperhatikan para penghuni kolam. Saya tau kapan teratainya mekar, berapa jumlah ikan dewasa, dan juga tau kalau ada ikan yang mati. Nah, pas sedang bertapa di tepi kolam itu saya melihat sesuatu yang mirip bubur sagu mutiara... Bulet-bulet berlendir dan warnanya agak pink. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah telur kodok. Setiap hari saya mengecek telur-telur ini, hingga akhirnya menetas jadi berudu. Berudu-berudu ini setiap hari saya jenguk... Jadi saya update dengan pertumbuhan mereka.... Pernah juga sebagian berudu saya pindah ke kolam lain yang tidak ada berudunya. Seperti kasus angkrang yang saya sebut sebelumnya, saya ingin membantu pemerataan jumlah penduduk berudu di tiap-tiap kolam..
Nah, itulah binatang-binatang yang pernah saya pelihara. Kalau dipikir-pikir, karena saat itu saya jarang berinteraksi dengan sesama manusia (waktu kecil saya sama sekali ga punya teman bermain, karena di sekitar tempat tinggal ga ada anak perempuan yang sebaya :3, saya jadi bisa lebih peka dengan keberadaan makhluk-makhluk lainnya.... Karena ga cuma binatang peliharaan, saat itu saya juga rajin bercocok tanam, melengkapi taman bunga ibu. -Mungkin topik bercocok tanam ini akan saya jadikan bahan tulisan di lain waktu-. Yang jelas, saya ingin anak-anak saya nanti juga berkesempatan untuk meng-explore alam sekitarnya.... Bukan jadi gadget-addict :v
-Cerita tambahan, dulu saya sempat pengen memelihara anak kambing di rumah. Setiap kali jogging di pantai, saya agak iri dengan orang-orang yang jogging bersama anjing-anjing mereka. Berhubung saya tidah bisa memelihara anjing, saya pikir anak kabing bisa dijadikan teman jogging yang kece, dengan diberi kalung dan tali dan jogging bersama saya. Yah, tapi permintaan ini ditertawakan oleh bapak ibu saya @_@-
*semua foto diambil dari mbah google
3 comments:
hahaha lucu sekali . binatang peliharaanku duluu adalah anjing . terimakasih infonya mas .
Terima kasih Mas Anton... btw saya bukan mas2 ^^'
Harrah's Ak-Chin Casino - Oklahoma Casinos
At Harrah's Ak-Chin, guests will enjoy a day spa, 아프리카 영정 1 a full-service spa, 라이브 바카라 and a restaurant. Located 슬롯커뮤니티 in the historical district 텐벳 먹튀 of Ak-Chin, the casino 개집 왕 features
Post a Comment