Entah kenapa saya menuliskan ini, karena saya tau kalau akan ada beberapa orang yang sangat tidak setuju dengan tulisan saya nanti. Tapi saya hanya ingin menyampaikan fenomena yang saya tangkap, dan mencoba melihatnya dengan perspektif yang lain.
Bila dilihat dari judul di atas sudah jelas apa topik bahasan kita. Yuppp…. Tentang makhluk yang luar biasa dan istimewa, yaitu akhwat ^^. Sebenarnya saya tidak bermaksud mengkotak-kotakkan sebutan untuk perempuan. Tapi untuk kali ini saya memang ingin membahas tentang akhwat. “Akhwat” biasanya diidentikkan dengan muslimah yang berjilbab tidak terlalu mungil, menggunakan rok/gamis, dan berkaos kaki. Itu tadi gambaran umum secara fisik. Tambahan dari itu, biasanya ‘akhwat’ ini aktif di kegiatan/organisasi, sehingga juga mendapat sebutan ‘aktivis’.
Inti dari paragraph di atas adalah banyak sekali stereotip yang beredar tentang seorang akhwat. Selain stereotip tadi, tidak jarang pula muncul komentar-komentar miring jika akhwat melakukan beberapa ha, sehingga sudah seperti menjadi sesuatu yang tabu bagi seorang akhwat. Berikut ini akan saya sampaikan beberapa hal yang paling sering disinggung. Sebenarnya bukan pengalaman pribadi, karena belum ada (atau saya lupa^^) yang mengkritik life style saya secara tersurat (mungkin pernah secara tersirat, tapi saya ga paham). Ini berdasarkan curcol beberapa akhwat yang kebetulan mendapat teguran/sindiran baik secara tersurat ataupun tersirat. Apa saja itu?? Let’s check it out:
1.Akhwat ga boleh ke mall
Kalau mendengarkan komentar beberapa orang yang menceritakan bahwa ada akhwat yang ‘tertangkap basah’ sedang di mall, seolah-olah ke mall bagi akhwat merupakan perbuatan dosa. Alasannya apa? Entahlah. Kalau berdasarkan tebakan saya sih mungkin karena ke mall itu identik dengan gaya hidup hedon, atau karena resiko ikhtilat. Agak berkebalikan dengan ini, kebanyakan orang menanggapi dengan positif bila seorang akhwat pergi ke pasar tradisional. Saya beberapa kali ke mall, tapi lebih sering lagi ke pasar(terutama Bringharjo^^). Terkadang ada orang yang geleng-geleng kepala dan berdecak ketika tau saya habis pergi ke mall. Namun ketika mereka tau saya baru habis ke Bringharjo, mereka langsung memberikan apresiasi positif, apalagi kalau saya berhasil menawar dengan harga yang sangat murah, waaah… saya akan dipuji habis-habisan.
Mall vs pasar tradisional. Dugaan saya, orang-orang menanggapi dengan positif akhwat yang pergi ke pasar, karena itu berarti sang akhwat bisa berhemat dan sederhana. Amat berlawanan dengan akhwat yang ke mall. Padahal…… coba kita lihat…. Di pasar itu peluang ikhtilatnya saaaaaaangaaaat besar. Silahkan datang ke Bringharjo. Luar biasa kalau Anda bisa berhasil berbelanja di situ tanpa bersentuhan dengan seorang pun. Bandingkan dengan jika Anda berbelanja di mall. Tempatnya lapang (mungkin kecuali weekend) dan Anda sangat berpeluang berhasil berbelaja tanpa bersentuhan dengan siapapun. Selain itu di mall biasanya juga mengatur tata letak barang sesuai dengan gender. Sehingga blok belanjaan laki-laki dan perempuan terpisah. Tidak seperti di pasar, yang semuanya bercampur baur. Jadi salahkah bila ada akhwat yang ingin lebih menjaga dirinya? Bila bisa mendapatkan kondisi yang lebih ideal, mengapa harus memilih yang kurang ideal??
2. Akhwat ga boleh ke bioskop
Hmmmm… untuk topik yang satu ini saya rasa memang sangat kontroversial. Saya rasa memang lebih banyak orang yang tidak setuju bila akhwat pergi ke bioskop, walaupun mungkin alasan ketidaksetujuan ini hampir sama dengan topik tentang mall tadi. Sayabukan cinemaholic. Tapi saya memang beberapa kali ke bioskop, ketika ada film yang benar-benar bagus. Di luar itu, saya jauuuuuuuhhhh lebih sering menonton film dari rental dan saya agak meragukan keoriginalannya, atau menonton film yang saya copy dari laptop teman.
Bioskop vs nonton bajakan. Mungkin jika kita ke bioskop, akan ada resiko-resiko seperti yang saya sebutkan tadi. Tapi coba bandingkan dengan menonton film non-ori. Jelas-jelas di cover kaset/cd/dvd ada tulisan “mengcopy tanpa izin dari pemilik hak cipta merupakan pelanggaran hukum blablabla..”jadi gamblangnya kita ikut serta dalam pelanggaran hukum walaupun tidak secara langsung. Okelah, memang ada sebagian orang yang mampu dan mau membeli film yang original. Tapi ayolah kawan kita jujur, lebih banyak mana : yang menonton bajakan atau original?? Sering kali jelas-jelas filmnya masih ditayangkan di bioskop, tapi sudah ada yang menonton dvdnya. Tentang resiko ikhtilat ketika di bioskop tadi saya rasa bisa disiasati. Misal dengan mengajak keluarga, atau menyesuaikan timingmasuk-keluar bioskop serta memilih posisi duduk yang kondusif. Jadi mana yang lebih banyak mudharatnya??
3.Akhwat ga boleh nge-laundry
Topik ini sering kali saya dengar. Bila ada akhwat yang ketahuan nge-londri biasanya diceramahin “nyuci itu termasuk skill ibu rumah tangga blablabla….”, “masih akhwat aja udah kayak gini apalagi kalau sudah ummahat blablabla” dan masih banyak komentar lainnya. Saya memang buka ahlullondri. Tiap hari saya nyuci lho.. Tapi buka berarti seumur hidup saya ga pernah ke laundry. Ayo coba kita pikirkan alasan positif mengapa akhwat nge-londri. Bagi yang hanya melakukannya sekali-sekali mungkin memang karena urgent. Berbeda dengan akhwat yang melakukannya secara terus menerus. Ayo coba kita pikirkan alasan positif mengapa akhwat nge-londri.
Bisa jadi sang akhwat memiliki amanah segunung, yang sebagian besar berpengaruh pada banyak orang. Mungkin waktu yang dihabiskan untuk mencuci baju bisa jauh lebih bermanfaat bila digunakan untuk hal lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak tadi. Misal ada syuro yang sangat penting, dan si akhwat ini tidak bisa hadir dengan alasan ini jadwalnya mencuci baju. Agak kurang bisa diterima bukan??
Terkait dengan bagaimana bila sudah menjadi ummahat, saya rasa kewajiban utama dari ummahat adalah taat pada suami dan mendidik serta membesarkan anak. Jadi mencuci pakaian dengan tangan merupakan hal yang sifatnya cabang dan bukan prioritas. Selain itu, toh juga ada makhluk yang bernama mesin cuci. Bila bisa dibuat praktis, kenapa harus dibuat susah?? Okeoke… skill kerumahtanggaan memang penting. Tapi pekerjaan rumah tangga itu bila dilakukan tidak akan pernah ada habisnya. Nyapu lantai, ngepel, masak untuk sarapan, pergi ke pasar, nyapu&nyiram halaman, masak untuk makan siang, beres-beres rumah yang sudah berantakan lagi, masak untuk makan malam, beres-beres.. saya pernah mencoba melakukan semua itu. Bahkan waktu seharian pun tidak cukup untuk melakukan itu semua. Padahal kan hidup kita tidak hanya tentang itu. harus ada alokasi waktu untuk amal-amal yaumi, silaturahim, bercengkrama sengan keluarga, bermasyarakat, bekerja, de el el. Bisa kita lihat mana-mana pekerjaan yang bisa digantikan dan mana yang harus kita lakukan sendiri, mana yang harus dilakukan dan mana yang bisa diabaikan ^^v. jangan memaksakan diri untuk jadi superwoman, karena nanti malah stress sendiri ;)
4.Akhwat ga boleh ngebut
Hehehehe…… karena akhwat memang sering menjadi raja jalanan (mengutip isi komik booklet pmb). Saya paham mengapa banyak yang sebel kalau melihat akhwat ngebut. Berikut ini beberapa hal yang bisa dijadikan alasan berdasarkan hasil observasi di sekitar saya:
a.
Kebanyakan akhwat harus berjinjit ketika mengendarai motor ^^v. ini sangat berpengaruh pada keselamatan, karena ketika harus nge-rem mendadak biasanya jadi jatuh soalnya sulit untuk menjaga keseimbangan karena motor yang dinaiki ketinggian. Makanya sering kali kita mendengar akhwat mendapat kecelakaan.
b.
Kebanyakan akhwat yang ada di kampus (kampus saya) baru bisa mengendarai motor ketika sudah di kampus, sehingga tidak memiliki sim. Bagi yang memiliki sim pun banyak yang mendapatkannya dengan jalur ‘ekspress’ alias ga pakai tes. Trus apa hubungannya??? Ngaruh lho… orang-orang yang ga punya SIM atau yang memperoleh SIM tanpa tes ini biasanya kurang paham tentang aturan dan adab-adab lalu lintas, sehingga kalau ngebut sering ngawur. Mendadak motong jalan lah… belok ga nge-reting lah… ga liat-liat spion lah.. pokoknya hal-hal yang bisa mendzolimi pengguna jalan yang lain. Bahkan seorang temen cowok saya di kampus pernah bilang ke saya “ngeri kalau lihat akhwat-akhwat naik motor, suka ngawur”
Tapi buka berarti ngebut ga ada gunanya lho… saya pikir ada kondisi-kondisi yang memang sebaiknya akhwat itu ngebut. Misal ketika berkendara sendiri di jalan yang sepia tau ketika terpaksa harus keluar malam hari. Untuk kasus ini lebih baik ngebut.. soalnya bisa mencegah gangguan orang-orang yang berniat buruk. Ketika ngebut kita bisa memperhatikan bila ternyata ada orang yang dari tadi membuntuti. Selain itu dengan ngebut juga kita bisa segera sampai di tempat tujuan yang lebih aman
tapi ingat lho, ngebutmya dengan memperhatikan aturan dan adab-adab lalu lintas, bukan ngebut yang ngawur.
5.Akhwat kok nyalon
Memang jarang sekali akhwat pergi ke salon. Sehingga bila ada akhwat yang ketahuan ‘nyalon’ kesannya gimana gitu.. padahal kan ke salon bukan untuk dandan menor.. biasanya akhwat pergi ke salon untuk potong rambut atau creambath. Apa yang aneh denga itu?? kan ga semua orang bisa motong rambut sendiri dengan benar.. selain itu dengan sering ditutup jilbab kulit kepala bisa dan rambut bisa bermasalah, terutama untuk kepala-kepala yang sensitif. Nah, itulah gunanya creambath. Begitu juga dengan perawatan-perawatan lain.. Jadi nyalon juga salah satu usaha untuk menjaga keberishan dan kesehatan. Toh juga sekarang sudah mulai bermunculan salon-salon khusus muslimah. Walaupun mungkin sedikit lebih mahal daripada salon biasa, tapi jelas bisa lebih terjaga masalah kehalalan produk dan hijabnya. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa nyalon itu mubazir, ga mencerminkan hidup yang zuhud, blablabla…. Walaupun saya buka ahlussalon, menurut saya itu bukan masalah selagi orang tersebut bisa mengalokasikan uangnya dengan tepat sehingga bisa tetap bersedekah. Contohnya(ini cuma rekaan saya), bila ada seorang akhwat berpenghasilan 5 juta per bulan. Setelah menunaikan zakat profesinya, ia menggunakan uangnya untuk hal-hal lain termasuk 100 ribu untuk nyalon dan 500 ribu untuk sedekah. See?? Masih jauh lebih banyak uang yang digunakan untuk sedekah. Bandingkan dengan orang yang tidak menggunakan uangnya untuk ke salon, tapi juga tidak bersedekah. Jadi salah kah bila akhwat pergi ke salon??
6.Akhwat bermobil
Di sekitar saya memang jarang ada akhwat bermobil. Tapi tetap saja banyak yang merasa kesannya gimana…. gitu.opini terbanyak sih menganggap itu bukan perilaku zuhud.Zuhud itu relatif lho… Orang yang sebenarnya mampu mengendarai mercy dengan sopir pribadi, tapi ia lebih memilih untuk mengendarai mobil yang jauh lebih sederhana dan menyetir sendiri, menurut saya itu merupakan perilaku yang sangat low profile… berbeda dengan orang yang sebenarnya secara kemampuan (maaf) hanya mampu membeli sepeda, tapi memaksa orang tuanya untuk membelikan motor yang di luar kemampuan mereka. Memang bila dilihat, orang yang bermotor ini lebih sederhana daripada yang bermobil tadi. tapi mana yang sebenarnya lebih low profile atau zuhud?
Selain itu, mengendarai mobil jauh lebih aman daripada mengendarai motor. Bila terserempet, yang luka adalah badan mobil, bukan badan pengendara. Kecuali bila kecelakaannya parah. Selain itu bisa meminimalisir ikhtilat dengan pengendara lain di jalan atau di traffic light.
Jadi berdosakah bila seorang akhwat bermobil??
7.Tabu bagi akhwat untuk makan di tempat yang lumayan mahal
C’mon guys, kita lihat dulu tempat yang dipilih. Apakah itu produk boikot?? Apakah itu bersertifikat halal MUI?? Apakah higienis?? Kalau tempat makan yang dipilih memang halal (terutama halal MUI), bukan produk boikot, dan memang menyehatkan dan higienis, ya sudah.. Apa yang salah dengan semua itu?? karena mahal? Mahal itu relatif…bandingkan dengan makanan yang walaupun murah tapi tidak terjamin kehalalannya, kurang sehat, dan kurang higienis. Kalau dia memang mampu untuk mendapatkan yang lebih baik, ya Alhamdulillah, dan semoga setiap orang bisa mendapatkan yang baik pula.
Bisa jadi masih banyak lagi hal-hal yang dianggap “forbidden” bagi akhwat. Tapi yang melintas di kepala saya saat ini cuma itu. Selain itu,mungkin contoh-contoh yang saya sebutkan tidak bisa digeneralisir. Tapi maksud saya adalah bagaimana agar kita tidak melihat suatu hal hanya dari sati persepktif. Bagaimanapun cara hidup yang diambil seseorang, cobalah berhusnudzon bahwa Insya Allah ada hujjah yang tepat atas pilihan yang diambil, sesuai dengan kondisi masing-masing orang.
Akhwat memang makhluk yang sangat berharga dan harus dilindungi. Namun tidak semua akhwat bisa merasakan keadaan yang ideal seperti tinggal bersama keluarga sehingga kemana-mana bisa didampingi mahrom, sudah ada yang mencukupi kebutuhannya sehingga tidak perlu keluar lagi untuk berikhtilat, sudah tercukupi secara finansial sehingga tidak perlu mencari nafkah.. sayanganya lebih banyak orang yang harus berkompromi dengan keadaan yang kurang ideal. Di antara yang kurang ideal itu lah kita harus memilih yang mudharatnya paling sedikit.
Semoga tulisan ini juga bukan merupakan pembenaran atas sesuatu yang memang salah, karena ada banyak orang yang melakukan hal-hal di atas dengan alasan yang di luar alasan yang saya sebutkan di atas. Wallahu’alam bi showab.. keep husnudzon guys ^.^
0 comments:
Post a Comment