(sumber gambar: google)
MAHO. Saya rasa sekarang kata itu sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Maho adalah akronim dari Manusia Homo alias penyuka sesama jenis. Sepertinya istilah maho ini pertama kali muncul di kaskus, namun saya sendiri pertama kali mengenal kata ini dari kakak(bukan kandung) saya. Saya ingat betul.. Kakak saya yang satu ini adalah bola mania, dan pendukung fanatik Inggris. dan saking sewotnya dengan pemain dari salah satu negara, dia menyebut pemain-pemain negara itu maho. Just intermezo ^^
Kembali ke bahasan tentang maho, istilah ini biasanya ditujukan untuk laki-laki. Tapi untuk konteks tulisan saya ini, istilah maho saya gunakan baik untuk laki-laki maupun perempuan yang menyukai sesama jenis. Banyak orang yang merasa tabu untuk membahas tentang maho. tapi saya rasa itu malah seperti menutup mata pada realita yang ada di sektar kita. Karena kita harus mengakui bahwa perkembangan maho sangatlah pesat. Bila kita terus menutup mata dan berpura-pura semua baik-baik saya, jangan-jangan nanti kita baru sadar ketika di negara kita mulai muncul RUU tentang pernikahan sesama jenis. naudzubillah...
Saya akan memulai dengan menceritakan perjalanan saya sejak pertema kali mengenal maho. Itu terjadi ketika saya kelas 1 SMP. Karena kami tinggal di kota kecil, isu-isu akan berkembang dengat sangat cepat. Saat itu saya tau kalau di kota saya ada laki-laki jadian yang lumayan tenar. Dia dipanggil Adam. Aslinya perempuan, tapi dia berpenampilan seperti laki-laki, dan berpacaran dengan perempuan. Penampilanya bahkan lebih ganteng daripada sebagian besar teman laki-laki saya saat itu. Mendengar isu dan berinteraksi secara langsung sepertinya benar-benar dua hal yang berbeda. Suatu hari, saya pulang sekolah dengan menaiki angkot. Saat itu saya menjadi satu-satunya penumpang. Lalu saya melihat motor yang stabil berada di belakang angkot yang saya naiki, dan akhirnya saya baru sadar kalau itu Adam. Dia tersenyum, dan mengedipkan sebelah mata.. Oh my..... tidak heran kalau banyak perempuan yang meleleh dengan pesonanya.. Untungnya saat itu saya sudah tau kalau dia adalah perempuan, jadi sudah punya benteng sejak awal...
Itu kisah pertama saya dengan seorang maho. Setelah itu, sepertinya di sekitar saya selalu ada cerita tentang maho. Mulai dari kakak kelas saya yang tomboy ditaksir oleh adik kelas perempuan, sampai cerita ketika saya sedang makan di sebuah kafetaria dan di meja depan saya duduk 2 orang laki-laki, yang satu bule dan satunya lagi pribumi. mereka duduk berhadapan dengan mesra dan minum dari gelas yang sama menggunakan 2 sedotan. Ouuuucccchhhhh..... thats very disgusting @_@
Itu kisah ketika saya SMP. Setelah beranjak ke bangku SMA, cerita tentang maho di sektar saya makin parah. Saat itu saya mendapat kabar kalau salah satu adik kelas(perempuan) yang saat itu masih kelas 3 SMP berpacaran dengan guru PPL yang mengajarnya (perempuan juga). dan itu diketahui seantero sekolah. Betapa sudah kacaunya dunia pendidikan... =.=
Cerita terasa makin parah ketika teman saya sendiri(laki-laki). Catat, TEMAN SAYA, menaruh hati pada KAKAK KANDUNG SAYA(laki-laki)! Dia bahkan pernah bercerita pada saya "Rul, kemarin pas aku lagi nunggu bemo(angkot), kakakmu lewat, trus aku di anter pulang. Duh, grogi n deg-degan banget rasanya... tapi aku seneng.. kakakmu manis n cool banget...". Aaaaarrrrrrrgggggggggggggggg saat itu saya langsung bilang ke dia "oh no, aku ga mau punya kakak ipar kamu!!!!!". Saat itu saya ingin memberi tahu kakak tentang teman yang menaruh hati padanya tadi, tapi saya tidak tega, karena kakak saya berteman dengan kakak dari teman saya yang maho tadi (menghela nafas).
Masa SMA semakin parah, ketika ada salah satu siswi di sekolah saya yang dilaporkan ke polisi karena dituduh membawa lari anak orang(perempuan juga). #_#
Itu cerita ketika SMA. Ketika di bangku kuliah, saya harus menelan satu fakta yang pahit --> di duia psikologi menyukai sesama jenis sudah tidak dianggap sebagai abnormalitas, dan hanya dianggap sebagai pilihan hidup. Oh NO!!!!!!!!Maksud dari cerita ngalor ngidul saya di atas adalah, perkembangan maho saat ini sangatlah pesat. Mereka sudah berhasil melakukan penetrasi pemikiran melalui berbagai media. Jadi jangan heran kalau sudah banyak orang yang menganggap homoseksual bukanlah sesuatu yang aneh. Itu karena kita sudah menjadi terbiasa dengan mereka. Coba saja kita perhatikan, toko buku sudah dengan sangat berani memajang buku-buku yang berkisah tentang maho. Belum lagi penetrasi pemikiran melalui film(terutama film holiwud). dan akhirnya nanti kita diarahkan untuk memiliki pemikiran 'ya sudah, biarkan saja, hargai pilihan mereka'
Bahkan fakultas saya pernah mengundang seseorang yang menamakan dirinya ustdaz, yang konsern mengadakan pengajian untuk para waria. 'Ustadz' ini sangat mendukung pernikahan waria, karena beliau berpendapat lebih baik waria menikah dengan laki-laki daripada mereka hidup berzina. naudzubillah.... dua-duanya sama sekali bukan pilihan!!!!
So, bagaimana seharusnya kita menyikapi maho? Don't judge them, but help them! Kita bukan hakim yang berhak menghakimi mereka. Yang sudah terjadi, biarlah itu menjadi urusan antara mereka dengan Allah, dan tugas kita adalah membantu mereka supaya meninggalkan kehidupan maho tadi. Jangan salah, sebenarnya ada banyak maho yang sangat ingin berubah, tapi sayangnya tidak ada orang yang bersedia mengulurkan tangan pada mereka, dan akhirnya mereka menjadi semakin terpuruk. Mereka butuh orang-orang yang mereka percayai dan sekaligus percaya bahwa mereka bisa berubah. Karena selagi nyawa belum tercabut dari raga, peluang untuk berubah akan selalu ada dan pintu tobat selalu terbuka.
So guys, ayo buka mata kita, dan perhatikan sekeliling.. Lalu ulurkanlah tangan kita, untuk membantu orang-orang yang ada di sekeliling kita.... tapi tetap... Say NO to Maho