RSS

Jilbab Pertamaku….

-repost tulisan lama-


Terinspirasi dari status FB  seorang ukhti (sebut saja Disha ^^v) yang menulis tentang jilbab…. Ketika membaca status itu, ingatanku langsung meluncur ke masa beberapa tahun yang lalu…Ketika awal-awal kuliah di jogja, banyak orang yang kaget ketika mengetahui daerah asalku. Banyak yang mengajukan pertanyaan seperti “ memang di sana banyak yang Islam??” atau “di sana banyak yang pakai jilbab ya?”. Biasanya aku tersenyum mendengar pertanyaan semacam itu.




Sejak dulu aku tau kalau jilbab itu wajib. Tapi selama masih sekolah aku memang tidak berjilbab. Ketika itu aku termasuk salah satu orang yang berpikir “apa gunanya pakai jilbab kalau perilaku belum bener”. Selain itu sistem di sekolah-sekolah negeri tidak mengizinkan muridnya untuk berjilbab. Walaupun aku sadar kalau mungkin peraturan itu bisa diperjuangkan. Tapi karena saat itu aku memang belum benar-benar sadar, jadi semua itu kujadikan pembenaran atas keputusanku untuk tidak berjilbab. Aku ingat, ketika baru masuk SMA, terdengar kabar kalau ada seorang siswi MTs yang tidak jadi masuk ke sekolahku walaupun sudah lulus ujian masuk karena tidak diizinkan berjilbab. Saat itu aku benar-benar berpikir picik “kalau pengen tetep pake jilbab ya jangan milih sekolah negeri”. Astaghfirullah..




Semua pikiran picik itu terus berlangsung hingga akhir masa SMAku. Ketika itu aku mengalami suatu pengalaman spiritual yang menjadi titik balikku. Alhamdulillah, saat itu aku bisa melihat hidayah Allah, hingga akhirnya aku berubah. Aku mulai sholat 5 waktu dan mengaji. Mungkin bagi sebagian orang itu merupakan hal yang biasa. Tapi bagiku saat itu, hal tersebut sungguh berat, karena aku tidak terbiasa. Aku berprinsip, bereskan dulu amalan-amalan wajibku. Namun ada 1 amalan wajib yang belum juga sanggup kulakukan, yaitu mengenakan jilbab. Selama sekitar 2 bulan aku terus merasa bimbang, karena belum siap menghadapi tanggapan sosial di sekitarku.




Hingga akhirnya ketika aku mulai masuk kuliah, aku belum juga merasa siap untuk berjilbab. Beberapa minggu setelah itu aku memutuskan untuk berjilbab dan mencoba berbicara dengan 3 orang sahabat baruku di kampus. Aku mengemukakan keputusanku untuk berjilbab, dan aku meminta pendapat mereka. Subhanallah… mereka sangat mendukung, dan menambah keyakinanku untuk berjilbab. Perlu digarisbawahi, 3 orang sahabatku ini beragama Hindu. Namun mereka benar-benar mendukungku ketika kujelaskan bahwa jilbab itu wajib. 




Satu hal yang agak menghambat, kami wajib mengenakan seragam ke kampus. Akan memakan waktu cukup lama untuk menjahitkan seragam baru. Akhirnya dalam semalam kakak iparku menjahitkan rok panjang yang bisa kujadikan seragam. (Thanks sist….). keesokan harinya, aku datang ke kampus dengan penampilan baru (Rok baru yang baru selesai dijahit dan jilbab pinjaman^^). Seperti dugaanku, orang-orang yang melihatku benar2 kaget (kecuali 3 sahabatku tadi, tentu saja). 


Hehe.. jelas saja mereka kaget, Karena sepanjang sejarah jurusan kami, belum pernah ada 1 pun mahasiswi yang berjilbab. Jadi aku merupakan pemandangan aneh. Tiga sahabatku tadi seolah-olah menjadi jubirku hingga akhirnya seluruh teman sekelas ikut mendukungku. Mereka merupakan teman-teman yang sangat kusayang. Mereka benar-benar selalu mendukungku dalam berbagai kesempatan. Karena kemanapun aku pergi, aku selalu menjadi sorotan, terutama bagi kakak tingkat dan juga teman kelas lain. Tidak jarang juga ada dosen yang menyindirku. Namun teman-temanku tadi selalu ada di sampingku untuk memberi dukungan T_T. Thanks guys……



Pikiranku bahwa “apa gunanya pakai jilbab kalau perilaku belum bener”  berganti menjadi  “dengan jilbab, perilaku kita pun akan turut berjilbab”. Pengen bukti??? Mending tidak usah diceritakan, soalnya agak malu-maluin ;)




Lanjut cerita di kampus…. Saat itu aku bisa mengabaikan berbagai komentar miring mengenai diriku. Hingga suatu hari, aku secara tidak langsung mengetahui ada senior yang membicarakanku dan mengatakan aku tidak mungkin bertahan dengan jilbabku, karena ketika tiba saatnya untuk magang di luar, aku diwajibkan melepas jilbabku. Tentu saja aku kaget, dan akhirnya aku bertanya langsung ke ketua jurusan, dan beliau juga mengiyakan. Beliau mengatakan “gapapa kan, lepas jilbab 1 semester saja”. Jdeeerrrrrr... Saat itu aku benar-benar syok. Masa depan terasa sangat suram, karena aku harus berhenti kuliah (tentu saja aku tidak akan memilih untuk melepas jilbab).




Aku mencoba berbicara ke beberapa pihak yang berwenang, dan hasilnya tetap nihil. Dalam keadaan kacau itu aku mengikuti tes SPMB, dan di luar dugaanku aku diterima pada pilihan pertamaku. Jelas saja aku kaget, karena aku sama sekali tidak belajar untuk persiapan tes(^^)v. Namun aku ragu untuk mengambil kesempatan itu, karena tidak ingin memberatkan orang tuaku. Aku juga merasa bila aku mengambil kesempatan tersebut, sama saja dengan aku menyerah dalam memperjuangkan jilbabku. Selain itu rasanya membuang waktu bila harus memulai lagi. Tapi orang tuaku selalu memberi dukungan dan menguatkanku, hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengambil kesempatan itu. Aku berusaha meyakinkan diriku, bahwa aku pergi bukan karena menyerah. Insya Allah… 




Untuk teman-teman dan keluarga yang selalu mendukungku, takkan bosan aku megucapkan terima kasih…Rasa syukur terbesarku, karena Allah selalu memberiku kekuatan…. ^^





4 comments:

Iboymuharram said...

dahsyat! mungkin rasanya seperti 'betapa nikmatnya makan nasi dan laukpauk juga tegukan air segar setelah bekerja banting tulang berladang di bawah panas terik hari'

buah perjuangan

Nurul said...

dan semoga ga terlena dgn suasana yang 'teduh' saat ini :)

Iboymuharram said...

aaamiin..


oya rul, link Blogku diganti sama yang www.iqbalmuharraminspirer.blogspot.com ya,
yang www.blogmilikiboy.blogspot.com udah gak kuurus :D

syukron

Nurul said...

okay... ntar tak edit linknya

Post a Comment