sumber gambar: watatita.wordpress.com
Suatu siang, saya pergi ke bandara Adi Sucipto untuk mengantarkan saudara sepupu yang akan mudik ke Palu. Karena barang bawaannya banyak, maka diputuskan untuk naik taxi. Ketika sudah di bandara, dengan cepat saya memikirkan akan pulang naik taxi lagi atau trans Jogja. Beberapa pertimbangan jika naik taxi adalah sebagai berikut:
- Ketika itu matahari sangat terik. Akan sangat nyaman kalau bisa ngadem sepanjang perjalanan.
- Saya akan bisa sampai tujuan dengan cepat. Kebetulan setelah dari situ saya memang ada agenda yang cukup asasi.
- Ongkos taxi pulang sekitar Rp.40.000,-. Rasanya agak mubazir kalau penumpangnya cuma saya.
Sedangkan jika naik trans Jogja, pertimbangannya adalah:
- Murah meriah, cukup Rp.3000,-
- Dari halte trans Jogja, bisa dilanjutkan dengan naik becak. Dan saya sedang sangat ingin naik becak ^^
- Tapi makan waktu cukup lama.. Bisa-bisa saya terlambat menghadiri agenda selanjutnya, dan saya tidak mau terlambat.
Ternyata pesawat yang akan dinaiki sepupu saya berangkatnya dimajukan, lebih awal 1 jam. Maka saya memutuskan untuk naik trans Jogja, karena insya Allah waktunya mencukupi.
Ketika sudah sampai halte bandara, ternyata harus menunggu bus cukup lama, dan halte lumayan penuh dengan calon penumpang. Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya bus 3A yang saya nanti muncul juga. Penumpang berdesakan untuk masuk. Saya beruntung, karena melihat ada 1 kusi kosong, dan langsung saya duduki. Beberapa detik kemudian ada seorang wanita paruh baya yang masuk ke bus dan berdiri di depan saya. Tentu saja spontan saya bangkit, karena saya yang jauh lebih muda dari ibu itu tentunya jauh lebih kuat untuk berdiri di dalam bus.
Ternyata berdiri di dalam bus tidaklah mudah, kerena busnya agak ugal-ugalan. Ketika tidak harus berkonsentrasi menahan keseimbangan, saya bisa dengan leluasa mengamati para penumpang. Ternyata penumpang yang berdiri lebih banyak mbak-mbak, dan penumpang yang duduk lebih banyak mas-mas. Pemandangan yang ironis itu sudah mulai membuat hati saya sakit, memikirkan ketidakpekaan para mas-mas ini. Helloooooo mas-mas, badan kalian lebih kuat dan lebih tinggi, jadi lebih memungkinkan untuk berdiri dan bergelaantungan di pegangan yang tinggi itu..... Tapi kalian tetap tidak bergeming.... Bahkan ketika ada seorang ibu yang menggendong bayinya masuk ke dalam bus pun, yang merelakan tempat duduknya adalah mbak-mbak... dan mas-mas tadi tetap duduk manis... Juga ketika ada seorang kakek tua yang masuk ke dalam bus, kalian juga tetap diam...
Sungguh, saya menahan tangis melihat pemandangan itu.... Dimanakah rasa kemanusiaan kalian?? Dimanakah rasa empati kalian??? Inikah potret masyarakat kita?? Yang cuek ketika melihat orang tuna netra kebingungan di halte bus.... Yang tidak peduli ketika ada ibu-ibu paruh baya, kakek tua, ataupun ibu yang menggendong anak harus berdiri di bus padahal mereka sangat tidak mungkin untuk berpegangan ke atas... Tidak kah hati nurani kalian terusik melihat semua itu?
0 comments:
Post a Comment