Sumber gambar : http://aengaeng2.blogspot.com/ |
Dulu, saya pernah mendengar percakapan sepasang suami istri yang menurut saya lucu tapi memang membuat saya berpikir.
*kata2nya saya ga inget secara detail, tapi kalau ditulis dengan bahasa saya kurang lebih begini :
--------------------------------------------------------------------------
Istri : "Bi.... liat tuh, rumahnya bu Dulah (bukan nama sebenernya) bersih terus, soalnya pak Dulah (bukan nama sebenernya juga) rajin banget bersih-bersih rumah sampai sebersih2nya.... Ada yang kotor dikit langsung dibersihin.... Coba abi juga kayak gitu.."
Suami : (dengan nada ringan dan ekspresi jail) "Oh, emang ummi mau punya suami kayak pak Dulah? Yang kerjaannya bersih-bersiiiiihhh mulu, dan manut dengan instruksi istrinya..."
Istri : (sambil senyum2)" iiiiihhhh.... ya gamau laaaahhh...."
Suami : "hehehe... makanya disyukuri punya suami kayak abi ini"
---------------------------------------------------------------------------
Itu tadi sepenggal obrolan mereka yang membuat saya mikir 'iya ya, betul. Rajin bersih2 rumah itu kebiasaan yang baik, tapi untuk jadi kepala rumah tangga ya ga cukup dengan rajin bersih2.... Masih ada banyak kriteria yang lebih prioritas dari itu...'
Bagai orang yang bekerja di jasa cleaning service, skill bersih2 itu memang jadi prioritas.. Tapi belum tentu itu jadi skill prioritas untuk job yang lain.
Untuk menjadi pilot, dibutuhkan skill yang mendukung pekerjaan pilot..
Untuk menjadi sekretaris, dibutuhkan skill yang menunjang job sekretaris...
Seseorang dengan kualifikasi skill seorang pilot, tidak akan pas bila mendaftar kerja sebagai sekretaris.
Okelah, itu tadi contoh ekstrem, tapi logika sederhananya seperti itu.
Nah, lantas bagaimana dengan PRESIDEN? Logikanya tetaplah sama : Carilah orang yang memenuhi kriteria untuk menjadi seorang presiden.
Jika bingung ketika dihadapkan pada pilihan yang menurut kita sama-sama baik, pilihlah kebaikan/kelebihan yang sekiranya sesuai dengan peran presiden.
Memang, kriteria ideal ini bisa jadi subjektif untuk masing-masing orang. Tapi marilah kita mencoba untuk berpikir tidak hanya sesuai subjektif kita, tapi juga memikirkan dari perspektif bangsa dan negara Indonesia. Pikirkanlah, seperti apa kriteria ideal seorang presiden(yang tentu saja berkaitan dengan jobdes sebagai presiden), dan pilihlah calon yang paling mendekati kriteria tersebut...
Jangan sampai logikanya terbalik --> Sudah kekeuh ada calon yang diunggulkan, lalu jobdes presidennya menyesuaikan dengan skill calon tadi.
Mari (mencoba) jadi pemilih yang cerdas :)
------------------------------------------------------------------------------
Ilustrasi tambahan --> kalau cuma mau nyari presiden yang baik menurut subjektif saya sih saya bakal milih pakde yang rumahnya di depan kos saya. Udah orangnya rajin ke masjid untuk sholat 5 waktu, selalu ramah nyapa tiap kali saya lewat, suka bagi2 sirsak kalau lagi panen sirsak, dan tiap pagi rajin nyapu sampai depan kos saya :3 Tapi berhubung kelebihan2 tadi pasnya emang jadi kriteria tetangga, bukan presiden, makanya saya ga minta pakde untuk nyalon jadi presiden Indonesia, cukup jadi tetangga saya aja *yaeyalah :D
#JanganLupaNyoblosTanggal9Juli2014
Sleman, 5 Juli 2014
Sleman, 5 Juli 2014
0 comments:
Post a Comment